Pembuatan kupat dan lepet pada Syawalan konon bermula dari tradisi yang diwariskan oleh Sunan Bonang – Sunan Kalijaga. Tradisi ini untuk menggambarkan kegembiraan umat Islam setelah berpuasa dan mendapatkan ampunan Allah dan saling memberi maaf atas segala kesalahan. Wujudnya dengan membuat kupat dan lepet.
Kupat maknanya ngaku lepat atau laku papat : lebaran, luberan, leburan dan laburan. Sedangkan lepet maknanya adalah silep kang rapet atau tidak mengulang lagi kesalahan.
Di Jepara kegembiraan itu di ekspresikan nelayan dalam acara lomban. Bahkan pada tahun 1883, tradisi para nelayan tersebut dimuat dalam kalawarti Slompret Melayu. Artinya jauh dari waktu itu, pesta lomban telah dilakukan dari Ujung Jepara dan berakhir di pulau Kelor yang sekarang kita kenal sebagai pantai Kartini.
Tradisi lomban ini terus berjalan mengarungi waktu dengan acara pokok pelarungan kepala kerbau sebagai bentuk ucapan syukur nelayan. Pelarungan dilakukan di perairan pulau Bokor.
Baru pada tahun 2006 lahirlah acara yang oleh Bupati Jepara Hendromartojo, dinamai Festival Kupat Lepet, sebagai simbul tradisi saling memaafkan antar masyarakat dan ampunan dari Allah. Inspirasi ini kemudian disampaikan oleh Hendromartojo kepada, Sholikul Huda dan DKD Jepara.
Festival Kupat Lepet sendiri lahir berkat perjalanan kreatifitas seorang seniman bernama Sholikul Huda yang didukung oleh seniman Jepara seperti Aminan Basyarie, Akhida Apsari, Asy’ari Muhammad, NH. Tauchid, Angkas, Bagong dan grup band Dhuafa. Juga DKD Jepara kala itu.
Pada festival pertama, baru ada satu gunungan yang berisi 2006 buah kupat lepet, serta 7 tampah berisi kupat yang dibawa oleh para penari. Juga pembacaan puisi oleh Aminan Basyarie dan Akhidah Hapsari. Rangka gunungan dibuat oleh Bayu Supriyanto dan gunungan di pikul oleh para seniman muda.
Baru pada tahun 2007, gunungan dibuat 2 buah, yaitu gunungan kupat dan gunungan lepet. Gunungan kupat ditutup kain berwarna hitam dan gunungan lepet ditutup kain berwarna putih, simbul kesalahan / dosa dan pemberian maaf / kesucian hidup.
Pada festival kupat lepet kedua ini tim kreatif yg mendukung bertambah seperti Oky, Zaenal Arief. Asy”ari Muhammad, Kustam. Bagong, Rambo, Ngateman, Angkash dan komunitas SKT. Jumlah kupat dan lepet 2007 buah. Kupat lepet ini pada akhir acara diperebutkan oleh warga. Even even itu didokumentasikan oleh Rahmat Budiharjo dalam brntuk foto dan video.
Festival Kupat Lepet yang dimulai oleh Sholikul Huda dan seniman ini kini menjadi tradisi baru dalam even lomban Jepara.
Semoga seniman-seniman Jepara semakin dihargai karya-karya kreatifnya atau diberikan ruang bagi tumbuh dan berkembangnya kreatifitas yg melahirkan sebuah karya.